A. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia telah menyatu pada konsep kehidupan manusia itu sendiri. Ketergantungan manusia terhadap solusi-solusi kemanusiaan yang berasal dari pendidikan semakin nyata di zaman yang serba global ini. Oleh karena itu, kualitas dan jangkauan pendidikan harus semakin ditingkatkan sehingga luarannya berupa manusia yang memunyai nilai-nilai kemanusiaan semakin meningkat.
Pendidikan yang biasanya diidentikkan dengan proses belajar seseorang memang harus paripurna. Long life education atau belajar sepanjang hayat adalah salah satu panduan yang sudah lama dikenal. Selain itu, “belajar dari ayunan sampai ke liang lahat” juga telah dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, ajaran agama ada yang menelisik bahwa proses belajar dibutuhkan manusia sejak dalam kandungan ibunya. Kesemua itu menandaskan bahwa pendidikan sejak usia dini sampai akhir hayat adalah sangat penting bagi manusia itu sendiri. Sayangnya, penandasan tersebut serta pengetahuan masyarakat terhadap anjuran terhadap pentingnya pendidikan anak usia dini, masih kurang direalisasikan. Pendidikan sepanjang hayat tidak dimaksudkan hanya “sampai kapanpun” tetapi jelas juga mengisyaratkan bahwa pendidikan “sejak usia dini.”
Pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia telah menyatu pada konsep kehidupan manusia itu sendiri. Ketergantungan manusia terhadap solusi-solusi kemanusiaan yang berasal dari pendidikan semakin nyata di zaman yang serba global ini. Oleh karena itu, kualitas dan jangkauan pendidikan harus semakin ditingkatkan sehingga luarannya berupa manusia yang memunyai nilai-nilai kemanusiaan semakin meningkat.
Pendidikan yang biasanya diidentikkan dengan proses belajar seseorang memang harus paripurna. Long life education atau belajar sepanjang hayat adalah salah satu panduan yang sudah lama dikenal. Selain itu, “belajar dari ayunan sampai ke liang lahat” juga telah dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan, ajaran agama ada yang menelisik bahwa proses belajar dibutuhkan manusia sejak dalam kandungan ibunya. Kesemua itu menandaskan bahwa pendidikan sejak usia dini sampai akhir hayat adalah sangat penting bagi manusia itu sendiri. Sayangnya, penandasan tersebut serta pengetahuan masyarakat terhadap anjuran terhadap pentingnya pendidikan anak usia dini, masih kurang direalisasikan. Pendidikan sepanjang hayat tidak dimaksudkan hanya “sampai kapanpun” tetapi jelas juga mengisyaratkan bahwa pendidikan “sejak usia dini.”
B. Penanaman Karakter Anak Melalui PAUD
Mayoritas masyarakat masih dikungkung oleh nuansa formalitas institusi pendidikan yang ada saat ini, yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan sebelum masuk SD atau pada saat anak berusia 0 – 6 tahun yang dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih dianggap sebagai pengisi waktu belaka. Orangtua sebagian hanya ingin melihat anaknya cepat sekolah sehingga PAUD sebagai pilihan bahkan masih ada sebagian lainnya yang hanya menanti usia SD anak mereka dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat yang tak terarah sama sekali. Masyarakat masih kurang melihat esensi dari PAUD tersebut dipandang dari sisi pengembangan kompetensi dan karakter anak, khususnya pengembangan diri anak dalam memasuki usia SD. Perlu diketahui bahwa tingkat kapabilitas kecerdasan anak 50% tercapai dalam usia PAUD, sehingga urgensi pendidikan ini sangat jelas.
PAUD secara aplikatif membelajarkan tentang praktik-praktik keseharian anak baik dalam mengurus diri sendiri, dalam rumah, dan masyarakat atau tempatnya bermain. Praktik-praktik inilah yang harus mendapat perhatian karena PAUD mengarahkan anak untuk terbiasa secara normatif, mampu, dan juga tahan. Normatif adalah prilaku-prilaku atau praktik keseharian yang baik sesuai etika yang berlaku, seperti baca doa sebelum makan dan sebagainya. Mampu adalah tugas-tugas yang sudah semetinya dapat dilakukan oleh anak akan mampu dilakukannya, seperti saat anak memakai sepatu dan sebagainya. Tahan adalah menuntun anak untuk tak mudah menyerah terhadap kegagalan serta tahan terhadap pengaruh yang melemahkan mereka, seperti tatkala anak terjatuh tidak mesti mendapat pertolongan dari orangtua untuk bangkit kembali. Tentu contoh prilaku atau praktik keseharian sangat banyak yang identik dengan yang diterangkan di atas, yang dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter pada anak telah ditanamkan dengan sangat fundamental. PAUD adalah tempatnya secara terpadu penanaman nilai-nilai karakter terhadap anak sekaligus menjadi tempat penilaian secara rinci dari karakter yang telah dikembangkan pada diri anak. Inilah yang membuat PAUD menjadi sangat penting untuk menjadi pilihan masyarakat terhadap anak-anak usia 0 – 6 tahun tersebut.
Mayoritas masyarakat masih dikungkung oleh nuansa formalitas institusi pendidikan yang ada saat ini, yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan sebelum masuk SD atau pada saat anak berusia 0 – 6 tahun yang dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih dianggap sebagai pengisi waktu belaka. Orangtua sebagian hanya ingin melihat anaknya cepat sekolah sehingga PAUD sebagai pilihan bahkan masih ada sebagian lainnya yang hanya menanti usia SD anak mereka dengan kehidupan dalam keluarga dan masyarakat yang tak terarah sama sekali. Masyarakat masih kurang melihat esensi dari PAUD tersebut dipandang dari sisi pengembangan kompetensi dan karakter anak, khususnya pengembangan diri anak dalam memasuki usia SD. Perlu diketahui bahwa tingkat kapabilitas kecerdasan anak 50% tercapai dalam usia PAUD, sehingga urgensi pendidikan ini sangat jelas.
PAUD secara aplikatif membelajarkan tentang praktik-praktik keseharian anak baik dalam mengurus diri sendiri, dalam rumah, dan masyarakat atau tempatnya bermain. Praktik-praktik inilah yang harus mendapat perhatian karena PAUD mengarahkan anak untuk terbiasa secara normatif, mampu, dan juga tahan. Normatif adalah prilaku-prilaku atau praktik keseharian yang baik sesuai etika yang berlaku, seperti baca doa sebelum makan dan sebagainya. Mampu adalah tugas-tugas yang sudah semetinya dapat dilakukan oleh anak akan mampu dilakukannya, seperti saat anak memakai sepatu dan sebagainya. Tahan adalah menuntun anak untuk tak mudah menyerah terhadap kegagalan serta tahan terhadap pengaruh yang melemahkan mereka, seperti tatkala anak terjatuh tidak mesti mendapat pertolongan dari orangtua untuk bangkit kembali. Tentu contoh prilaku atau praktik keseharian sangat banyak yang identik dengan yang diterangkan di atas, yang dapat disimpulkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter pada anak telah ditanamkan dengan sangat fundamental. PAUD adalah tempatnya secara terpadu penanaman nilai-nilai karakter terhadap anak sekaligus menjadi tempat penilaian secara rinci dari karakter yang telah dikembangkan pada diri anak. Inilah yang membuat PAUD menjadi sangat penting untuk menjadi pilihan masyarakat terhadap anak-anak usia 0 – 6 tahun tersebut.
C. Anak sebagai Amanah Tuhan
Jika dibandingkan anak yang melalui PAUD dengan yang tidak dalam memasuki pendidikan di SD, maka akan jelas terlihat perbedaannya secara umum. Memang, dari segi tambahan “kerepotan” orangtua yang anaknya melalui PAUD juga akan jelas terasa, namun tentu hal itu tak boleh menjadi alasan untuk meniadakan PAUD dalam rangkaian proses belajar anak yang menjadi buah hati belahan jiwa orangtuanya. Mengapa? Anak adalah titipan atau amanah Yang Maha Kuasa kepada orangtuanya. Harus yang diberikan adalah yang terbaik untuk mereka dan untuk masa depannya kelak. Meski lebih sulit, penanaman karakter anak sejak dini tentu akan lebih penting. Selain itu, jika orangtua sadar bahwa tanggungjawab dalam mendidik anak dalam hal ini menanamkan nilai-nilai karakter yang baik ada pada diri mereka, maka memasukkan anak ke PAUD adalah suatu pilihan yang tepat bagi para orangtua. Hal ini juga akan “bersentuhan” dengan prilaku anak terhadap orangtuanya kelak saat anak menjadi besar atau dewasa. Mengais karakter untuk penanaman nilai-nilai etika anak melalui PAUD akan rela dilakukan orangtua untuk mengantisipasi anak akan menjadi seorang tak beretika saat dewasa kelak.
Disadur dari berbagai sumber