BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup. Oleh
sebab itu pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah, keluarga, dan
masyarakat. Agar tujuan pendidikan nasional dapat terwujud, maka
pendidikan itu sendiri membutuhkan pengelolaan secara baik. Pengelolaan
pendidikan baik oleh pemerintah dan swasta untuk jalur pendidikan
sekolah maupun luar sekolah pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah diselenggarakan oleh
Mendikbud atau menteri lain, sedang satuan pendidikan yag didirikan
oleh masyarakat diselenggarakan oleh yayasan atau badan yang bersifat
sosial. Kepala sekolah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah,
rektor pada tingkat uninversitas /institut, ketua pada tingkat
akademi/sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya
dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Dalam kontek manajemen pendidikan, agar pimpinan atau kepala sekolah
dan kinerja guru dalam aplikasinya di lembaga persekolahan agar dapat
mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja
(performance management). Di lembaga pendidikan selain praktisi
pendidikan (perencana) pendidikan, maka ujung tombak yang mampu
mengangkat keberhasilan pendidikan adalah para guru, termasuk di
dalamnya adalah guru yang bertindak sebagai kepala sekolah (manajer
pendidikan).
Dengan mengacu pada penerapan fungsi manajemen di atas, di bawah ini
akan dibicarakan tentang manajemen pendidikan di sekolah. Dalam
mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun
harapan yang jelas serta pemahaman tentang fungsi-fungsi manajemen di
atas dapat diaplikasikan dalam program kegiatan kependidikan. Kepala
sekolah dan guru dalam tugasnya sebagai pemimpin pendidikan, dalam hal
ini secara esensial yang diharapkan mampu melakukan proses manajerial
secara utuh. Ukuran keterlibatan secara optimal seorang kepala sekolah
dan guru dapat dilihat dari:
1. Seberapa besar kontribusi pekerjaan kepala sekolah dan guru bagi
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah melakukan pekerjaan dengan baik
2. Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk
mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang
sudah ada sekarang.
3. Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
4. Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Dalam konsep ini pimpinan dan guru dalam lembaga pendidikan mmpunyai
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau
persoalan. Evaluasi dalam fungsi manajenen adalah salah satu bagian dari
manajemen pendidikan, yang merupakan proses di mana kepala sekolah dan
guru secara perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk
menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang kepala sekolah
dan guru pada suatu periode tertentu dalam penerapan konsep dan fungsi
manajemen pendidikan tersebut?
Bertitik tolak dari hal tersebut penulis mencoba untuk mengadakan
penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam makalah yang berjudul:
“Konsep dan Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan di Madrasah
Ibtidayah Negeri Sungai Lulut Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar”.
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka
batasan masalah dalam penulisan makalah ini agar lebih terarah penulis
hanya menfokuskan pada masalah-masalah pokok bagaimana karakteristik MIN
Sungai Tabuk Kab. Banjar untuk menjawab dari fokus atau persoalan pokok
tersebut, maka pertanyaan yang perlu dicari jawabannya sebagai berikut:
Bagaimana peran kepala madrasah dalam penerapan konsep dan fungsi
manajemen pendidikian dalam hal perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengerahan (actuating), pengawasan (controlling)
pendidikan di Madrasah Ibtidayah Negeri Sungai Lulut Kecamatan Sungai
Tabuk Kabupaten Banjar ?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KONSEP DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Konsep Manajemen Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan
terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan
bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
pembangunan di bidang ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang
lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.
Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan
mutu sumber daya manusia, sedangkan manusia yang bermutu itu pada
hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan
tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan
pembangunan secara keseluruhan.
Untuk memahami konsep pendidikan secara umum, maka dapat diajukan berbagai pertanyaan sebagai berikut.
1. Apa: Apa yang dimaksud dengan “pendidikan”? pertanyaan ini menuntut jawaban mengenai definisi pendidikan.
2. Mengapa: Pertanyaan tentang apa tujuan pendidikan yang hendak
dicapai? Jawaban atas pertanyaan ini adalah rumusan berbagai aspek
tujuan pendidiakn yang telah dirumuska dalam tujuan pendidikan
nasioanal.
3. Untuk apa: Pertanyaan ini berkenaan dengan siapa yang menjadi
sasaran pendidikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah pemahaman
mengenai tenaga kependidikan.
4. Bagaimana: Pertanyaan ini berkenaan dengan cara dan prosedur yang
ditempuh dalam proses pendidikan. Jawaban atas pertanyaan ini adalah
pemahaman tentang konsep kurikulum, pembelajaran dan belajar.
1. Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan terdiri dari dua istilah, yaitu manajemen dan
pendidikan. Sebelum mengartikan istilah manajemen pendidikan, terlebih
dahulu dikemukakan pengertian manajemen dan pengertian pendidikan.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen,
karena itu tidak mudah member arti universal yang dapat diterima semua
orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi
manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efesien.
Dalam buku Kapita Selekta Administrasi Dan Manajemen Pendidikan oleh
Husnul Yaqin disebutkan Manajemen berasal dari kata “manage” atau
“managiare” yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya, karena
kuda mempunyai daya mampu yang hebat.
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan,
ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris
Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995: 372)
management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.
Menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan
bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan
aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan
efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8).
Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang
diselesaikan secara efesien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain.
Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan–kegiatan orang lain. Sedangkan Hersey dan Blanchard (1988:144)
menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu proses bagaimana pencapaian
sasaran organisasi melalui kepemimpinan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu
proses kontinu yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara
perorangan maupan bersama orang lain dalam mengkoordinasi dan
menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara
produktif, efektif, dan efesien.
Selanjutnya definisi tentang pendidikan banyak dikemukakan oleh para
ahli dalam rumusan yang beraneka ragam. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994: 232). Sementara Ahmad D. marimba memberikan definisi,
“Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.”(Marimba, 1980: 19).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian manajemen dan pendidikan di atas, maka manajemen
pendidikan bisa di artikan sebagai suatu proses yang mengandung
fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan pendidikan
sehingga pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien
menghasilkan peserta didik yang mempunyai pengetahuan, kepribadian dan
keterampilan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari
studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Manajemen
pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan
dengan mendayagunakan segala sumber secara efesien untuk mencapai
tujuan secara efektif. Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli
dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori memberikan
pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi
pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerja sama dengan
memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien”.
Sedangkan Hadari Nawawi mengemukakan bahwa “Administrasi pendidikan
sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha
kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa
lembaga pendidikan formal”. Secara esensial dapat ditarik benang merah
tentang pengertian manajemen pendidikan:
a. Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan
b. Manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya
c. Manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu
2. Tujuan Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara
sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap
sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan
efesien.
a. Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang
diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input).
Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas.
b. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products)
dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas
bobot dan/atau kinerjanya (Pfeffer end Coote, 1991).
c. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi.
d. Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul
(doing things right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan
(doing the right things) atau efektivitas adalah perbandingan antara
rencana tujuan yang dicapai, efesiensi lebih ditekankan pada
perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Efesiensi
pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat
efesiensi waktu, biaya, tenaga dan sarana.
3. Prinsip Manajemen
Douglas (1963: 13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut:
a. Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.
b. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
c. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
d. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.
e. Relativitas nilai-nilai.
Prinsip di atas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan
praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan
nilai-nilai. Hal ini hampir selaras dengan apa yang dikemukakan Fattah
(1996: 33) yang mengklasifikasikan prinsip manajemen ke dalam tiga ranah
yaitu:
a. Prinsip manajemen berdasarkan sasaran: bahwa tujuan adalah sangat esensial bagi organisasi.
b. Prinsip manajemen berdasarkan orang; adalah suatu aktivitas manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia.
c. Prinsip manajemen berdasarkan informasi; adalah aktivitas
manajemen yang membutuhkan data dan informasi secara cepat, lengkap dan
akurat.
B. Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses
pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam
hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan. Berkenaan
dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan
pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Actuating (pelaksanaan); dan
4. Controlling (pengawasan).
Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Commanding (pengaturan);
4. Coordinating (pengkoordinasian); dan
5. Controlling (pengawasan).
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup:
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Staffing (penentuan staf);
4. Directing (pengarahan); dan
5. Controlling (pengawasan).
L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu:
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Staffing (penentuan staf);
4. Directing (pengarahan);
5. Coordinating (pengkoordinasian);
6. Reporting (pelaporan); dan
7. Budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan,
di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan
dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R.
Terry, meliputi :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan
yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set
objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa : “ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat
dalam fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah
bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan
dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko
mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
a. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
b. Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
c. Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
d. Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
e. Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
f. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
h. Menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)
menggunakan kata-kata yang sederhana, 2) mempunyai sifat fleksibel,
3)mempunyai sifat stabilitas, 4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan
5)meliputi semua tindakan yang diperlukan.
b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
b. Merumuskan keadaan saat ini;
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan
yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : 1) rencana global yang merupakan
penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, 2) rencana
strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi
jangka panjang, dan 3) rencana operasional yang merupakan rencana
kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan
jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan
strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan
dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit
diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat,
pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan
lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain lagi, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas
tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai
berikut:
a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang
misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan
tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup
masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti
macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal
dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas
dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil
perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi
strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi
cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu
mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar
organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga
keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara
langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik
dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik
ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada
tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini
sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga
membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas
pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah
tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu,
dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan
pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing
organization structure. It is the process of arranging people and
physical resources to carry out plans and acommplishment organizational
obtective”. Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi
rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian
adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan
dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a)
organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan
kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f)
organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik
dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan
suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan/Penggerakkan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan
dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak
proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu
jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa
pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang
dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut
harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan
efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone
dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai :
“… the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat
unsur esensial proses pengawasan, bahwa : “Pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha
untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila
terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:
a. Penetapan standar pelaksanaan; Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
b. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
c. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
d. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Mengadopsi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang
sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan
planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating,
motivating, innovating), reporting, controlling. Namun demikian dalam
operasionalisasinya dapat dibagi dua yaitu fungsi manajemen pada
tingkat/level makro/masso seperti departemen dan dinas dengan melakukan
fungsi manajemen secara umum dan pada level institusi pendidikan mikro
yaitu sekolah yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing,
motivating, innovating, controlling.
Demikian juga yang terdapat dalam buku Kapita Selekta Administrasi
Dan Manajemen Pendidikan oleh Husnul Yaqin disebutkan paling tidak ada
lima unsur pentng yang harus ada dalam manajemen pendidikan yang kita
coba lihat isyarat-isyaratnya dalam al-Qur’an yang meliputi:
1) Planning (perencanaan)
2) Organizing (pengorganisasian)
3) Actuating (penggerakan)
4) Communication (komunikasi)
5) Controlling (pengawasan)
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling
kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah
dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen
pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun
sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai
komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan
tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi
hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada
gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif
dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk
selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Engkoswara, H. dan Komariah, Aan, (2011), Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar, (2006), Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Marno dan Supriyatno, Triyo, (2008), Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: PT. Refika Aditama.
Robbin and Coulter, (2007), Manajemen (edisi kedelapan), Jakarta: PT Indeks.
Sudrajat, Akhmad, Konsep Manajemen sekolah,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/,
accessed 16 Februari 2012.
Syaddad, farhan, Manajemen Pendidikan Islam,
http://farhansyaddad.wordpress.com/2009/10/30/manajemen-pendidikan-islam/,
Accessed 16 Februari 2012.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, (2009), Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, (2006), Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Penerbit Fokusmedia.
Yaqin, Husnul, (2011), Kapita Selekta Administrasi Dan Manajemen Pendidikan, Banjarmasin: Antasari Press.
http://nayukpuspita-ap.blogspot.com/2011/01/penerapan-fungsi-manajemen-dalam.html, accessed 16 Februari 2012
http://www.tokoblog.net/2010/08/manajemen-pendidikan.html, accessed 16 Februari 2012.